Thursday 30 June 2011

Definisi Teknologi Pendidikan

Secara historis, bidang ini disebut baik sebagai ”Teknologi Pendidikan” maupun ”Teknologi Pembelajaran”. Mereka yang setuju dengan istilah Teknologi Pembelajaran mempunyai dua pendapat. Pertama, karena kata Pembelajaran lebih sesuai dengan fungsi teknologi. Kedua, karena kata Pendidikan lebih sesuai untuk hal-hal yang berhubungan dengan sekolah atau lingkungan pendidikan. Banyak yang beranggapan bahwa istilah ”pembelajaran” tidak hanya mencakup pengertian pendidikan mulai Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, melainkan juga mencakup situasi pelatihan (training). Menurut Knirk & Gustafson (dalam Seel & Richey, 1994), kata ”pembelajaran” khususnya berkenaan dengan permasalahan belajar dan mengajar, sedangkan ”pendidikan” terlalu luas karena mencakup segala aspek pendidikan.

Sebaliknya, mereka yang setuju dengan istilah ”Teknologi Pendidikan” berdalih bahwa karena pembelajaran (instruction) dianggap oleh banyak orang sebagai bagian dari pendidikan, maka sebaiknya dipakai istilah yang memberikan cakupan yang lebih luas. Mereka ini beranggapan bahwa kata ”pendidikan” merujuk pada aneka ragam lingkungan belajar, termasuk belajar di rumah, di sekolah, di tempat kerja. Sedangkan kata ”pembelajaran” hanya merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan lngkungan sekolah saja.

Ely (1996: 18) mengemukakan tentang istilah Teknologi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran yang dapat saling dipertukarkan dan juga memiliki makna yang lebih luas dan lebih sempit sebagai berikut.

It is important to note the interchangeability of terminology. The term “educational technology” are often considered to be equivalent. However, many professionals consider “educational technology” to be broader term; that is, the use of technology in any aspect of the educational enterprise, while “instructional technology” is a narrower term, usually used to designate the process of teaching and learning through purposeful use of teaching-learning strategies and communication media.



Kedua kelompok nampaknya menggunakan alasan yang sama untuk membenarkan istlah masing-masing. Ada juga kelompok lain yang bertahun-tahun menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian. Menurut catatan Finn (dalam Seel & Richey, 1994), hal ini sudah berlangsung hampir tiga puluh tahun. Istilah ”Teknologi Pendidikan” lebih lazim digunakan di Inggris dan Canada, sedangkan istilah ”Teknologi Pembelajaran” saat ini lebih banyak digunakan di Amerika Serikat.

Definisi yang ditetapkan oleh AECT (Association for Educational Communications and Technology) tahun 1977 juga membedakan “Teknologi Pendidikan” dengan “Teknologi Pembelajaran” dan “teknologi dalam pendidikan” tergantung dari lingkup masing-masing istilah. Pada tahun 1977, istilah ”Teknologi Pendidikan” digunakan untuk menjelaskan bagian (subset) pendidikan yang menyangkut segala aspek pemecahan permasalahan belajar manusia melalui proses yang rumit dan saling berkaitan. Dengan demikian ”Teknologi Pendidikan” mencakup pengertian belajar melalui media massa serta sistem layanan pembelajaran (support system for instruction) termasuk sistem pengelolaan (management). ”Teknologi dalam pendidikan” digunakan untuk menjelaskan penerapan teknologi pada sistem pelayanan pendidikan (support system for education) seperti pelaporan nilai, penjadwalan dan keuangan. Teknologi Pembelajaran didefinisikan sebagai bagian (subset) dari Teknologi Pendidikan dengan alasan bahwa instruksi atau pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat terarah (purposive) dan terkendali (controlled) saja.

Sejak tahun 1977 perbedaan antara ketiga istilah tersebut telah menghilang. Kini ketiga istilah tersebut dipakai untuk menjelaskan penerapan proses dan sarana (tools) teknologi dalam memecahkan permasalahan belajar dan pembelajaran. Sekarang profesi ini makin lama makin memusatkan kegiatannya dan konsep-konsepnya ke arah pembelajaran, meskipun pembelajaran tersebut lebih bersifat sekali-kali atau tidak langsung, daripada yang sengaja disusun dan diawasi. Dengan perkataan lain, penekanan ada aspek-aspek yang menyangkut permasalahan pendidikan menjadi berkurang dan pada pembelajaran yang sengaja maupun yang tidak disengaja menjadi semakin bertambah. Oleh karena itu, sukarlah untuk mempertahankan pendapat bahwa ”Teknologi Pembelajaran” dan ”teknologi dalam pendidikan” merupakan bagian (subset) dari ”Teknologi Pendidikan”.

Pada saat ini istilah ”Teknologi Pendidikan” dan ”Teknologi Pembelajaran” digunakan secara bergantian oleh kebanyakan insan profesi dalam bidang ini. Karena istilah Teknologi Pembelajaran (a) dewasa ini lazim dipakai di Amerika Serikat; (b) mencakup banyaknya lingkungan pemanfaatan; (c) menggambarkan fungsi teknologi dalam pendidikan secara lebih tepat; dan (d) dalam satu batasan dapat merujuk baik pada belajar maupun pembelajaran, maka istlah ”Teknologi Pembelajaran” digunakan dalam definisi tahun 1994, meskipun kedua istilah dianggap sinonim.

Istilah Teknologi Pendidikan berasal dari dua kata, yakni “teknologi” dan “pendidikan”. Kata ”teknologi”, artinya penanganan sesuatu secara sistematis atau penerapan sain (science) untuk memecahkan masalah. Gentry (1991) mengemukakan definisi teknologi sebagai: ”the systemic and systematic aplication of behavior and pysical sciences concepts and other knowledge to the solution of problems”.

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari perkataan Yunani “paedagogie”. Paedagogie akar katanya adalah “pais” yang artinya anak, dan “again” yang terjemahannya adalah membimbing. Dengan demikian, paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut paedagoog.

Secara leksikal, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Dalam sebuah kamus berjudul Dictionary of Education disebutkan “Education: the aggregate of all the process by means of which a person develops abilities, attitudes, and other forms of behavior of positive value in the society in which he lives.” Definisi tersebut menyatakan bahwa pendidikan adalah kumpulan seluruh proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk lain perilaku bernilai positif dalam masyarakat dimana ia tinggal/hidup. Dengan demikian, secara harfiah Teknologi Pendidikan dapat diartikan penanganan masalah pendidikan secara sistematis atau penerapan sain untuk memecahkan masalah pendidikan.

Ely (dalam Miarso, 1993) mendefinisikan Teknologi Pendidikan sebagai ramuan sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya--seperti disiplin komunikasi, psikologi, evaluasi dan manajemen, serta disiplin terapannya, misalnya psikologi persepsi, psikologi kognisi, media, sistem dan penilaian kebutuhan—menjadi suatu prinsip, prosedur, serta keterampilan yang digunakan untuk memecahkan masalah belajar yang tidak terpecahkan dengan pendekatan yang telah ada sebelumnya.

Definisi serupa diungkapkan Ardhana (1992, 1993) yang menyatakan bahwa Teknologi Pendidikan merupakan penggabungan antara teknologi pembelajaran, teknologi belajar, teknologi perkembangan, teknologi pengelolaan dan teknologi-teknologi lain untuk keperluan pemecahan masalah-masalah pendidikan. Sedangkan Teknologi Pembelajaran dikatakan sebagai penerapan secara sistemik dan sistematis strategi dan teknik-teknik yang dirumuskan dari berbagai teori untuk keperluan pemecahan masalah-masalah pembelajaran.

Hackbarth (1996) mengemukakan bahwa Teknologi Pendidikan adalah konsep multidimensional, yakni (1) it is a systematic process involving application of knowledge in the search for replicable solutions to problems inherent in teaching and learning, (2) it is includes the products of this process, (3) it is a profession composse of various job categories, dan (4) as a formal study of above aspects, educational technology qualities as an academic specialty within the larger discipline of education.

Cukup banyak definisi-definisi yang diutarakan oleh para ahli tentang Teknologi Pendidikan. Wallington (dalam AECT, 1977) mengemukakan bahwa sejarah teknologi instruksional kaya sekali dengan definisi dan model tentang apa yang dimaksud oleh bidang tersebut, malahan barangkali terlalu banyak. Kesimpangsiuran mengenai teknologi instruksional disebabkan sebagian besar karena melimpahnya definisi itu.

Istilah yang digunakan pun silih berganti, suatu saat digunakan istilah Teknologi Pendidikan, pada perkembangan berikutnya digunakan isitilah Teknologi Pembelajaran, dan kembali lagi ke istilah Teknologi Pendidikan. Pendefinisian Teknologi Pendidikan mengalami sejarah yang cukup panjang. Berikut ini diuraikan beberapa definisi Teknologi Pendidikan yang berkembang sebelum tahun 1977 dan dilanjutkan dengan definisi menurut AECT (Association for Educational Communications and Technology) tahun 1977, tahun 1994, dan tahun 2004.

Sejarah Teknologi Pendidikan

Teknologi Pendidikan lahir menjadi suatu bidang kajian melalui perjalanan sejarah yang panjang sesuai dengan kemajuan teknologi dan konsep dan penelitian di bidang pendidikan. Disiplin ilmu bernama ”Teknologi Pendidikan” atau Teknologi Pembelajaran” memiliki latar sejarah yang kompleks, unik, dan multi dimensi (Dimyati, 2001). Sebagai istilah di Indonesia, Teknologi Pendidikan merupakan terjemahan dari ”Educational Technology” dan ”Instructional Technology”.

Tuesday 28 June 2011

Sejarah Perkembangan Komputer

Komputer memiliki perjalanan yang cukup lama, dari mulai diciptakan hingga sekarang. Sebelum orang menemukan komputer yang kita kenal sekarang, pada 5000 tahun yang lalu orang menemukan alat yang disebut Abacus, yang muncul di Asia kecil dan masih digunakan di beberapa tempat hingga saat ini, Abacus dapat dianggap sebagai awal mula komputer. Alat ini memungkinkan penggunanya untuk melakukan perhitungan menggunakan biji-bijian geser yang diatur pada sebuah rak. Para pedagang di masa itu menggunakan Abacus untuk menghitung transaksi perdagangan.


Seiring dengan munculnya pensil dan kertas, terutama di Eropa, Abacus menjadi kurang terkenal. Setelah hampir 12 abad, muncul penemuan lain dalam hal mesin untuk menghitung yaitu pada tahun 1642, Blaise Pascal, yang pada waktu itu berumur 18 tahun, menemukan kalkulator roda yang numerik untuk membantu ayahnya melakukan perhitungan pajak. Kotak persegi kuningan ini yang dinamakan Pascaline (kalkulator roda numerik), menggunakan delapan roda putar bergerigi untuk menjumlahkan bilangan hingga delapan angka. Alat ini merupakan alat perhitungan bilangan berbasis sepuluh. Tetapi alat ini memiliki kelemahan yaitu hanya terbatas untuk melakukan penjumlahan. Dengan penemuan inilah komputer mulai dikenal masyarakat meskipun hanya digunakan untuk menghitung saja.


Komputer berasal dari bahasa latin computare yang mengandung arti menghitung. Karena luasnya bidang garapan ilmu komputer, para pakar dan peneliti sedikit berbeda dalam mendefinisikan termeninologi komputer. Menurut Hamacher, komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan di memorinya, dan menghasilkan autput berupa informasi. Menurut Blissmer, komputer adalah suatau alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas sebagai berikut.


1) Menerima input


2) Memproses input tadi sesuai dengan progamnya


3) Menyimpan perintah-perintah dan hasil dari pengolahan


4) Menyediakan output dalam bentuk informasi


Siagian (2002) mengemukakan bahwa komputer adalah alat mesin elektronika yang menerima dan mengolah data sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi. Secara umum telah diakui bahwa komputer “menjalankan” tugasnya berdasarkan insruksi yang diberikan kepadanya yang disebut program oleh operator komputer tersebut. Dalam arti yang sesungguhnya, komputer tidak lebih dan tidak kurang dari suatu alat elektronik yang hanya mampu melakukan “pekerjaan” tertentu berdasarkan instruksi yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, secanggih apapun teknologi komputer yang memungkinkannya bekerja dengan sangat cepat dan bahkan dapat melaksanakan banyak instruksi sekaligus, intervensi manusia tetap diperlukan. Pada dirinya komputer tetap merupakan “alat mati” dan hanya hidup apabila digerakkan oleh manusia. Jelaslah bahwa apapun manfaat yang dapat dipetik oleh pengguna komputer, besar kecilnya manfaat tersebut sangat ditentukan oleh unsur manusia yang mengoperasikannya.


Komputer sebagai alat mati, apabila telah dioperasikan tidak hanya mampu menerima, mengolah, dan menyimpan data sebagai masukan dan informasi sebagai hasil olahannya, akan tetapi juga menyimpan instruksi yang diberikan sehingga tidak diperlukan lagi “campur tangan” manusia untuk setiap kali komputer tersebut “diperintah bekerja” selama menggunakan program yang sama.


Berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya, komputer dapat didefinisikan sebagai peralatan elektronik yang bekerja secara koordinatif dan integratif berdasarkan program, dapat menerima masukan berupa data, mengolahnya dalam memori, dan menampilkan berbagai informasi.


Dari pengertian di atas, Menurut Daryanto (2004) dapat disimpulkan bahwa komputer memiliki tiga sifat, sebagai berikut.


1) Bekerja dengan menggunakan tenaga listrik (elektronik)


2) Bekerja berdasarkan program


Program adalah rangkaian perintah yang dibuat oleh manusia dan dapat dimengerti oleh komputer. Programlah yang memberi komando (koordinasi) pada setiap komponen dalam komputer untuk mengerjakan sesuatu dan mengatur keselarasan (integratif) kerja antara satu komponen dengan komponen lainnya.


3) Bekerja dalam suatu sistem


Untuk mewujudkan konsepsi komputer sebagai pengolah data untuk menghasilkan suatu informasi, maka diperlukan suatu sistem komputer (computer system) yang elemennya terdiri dari hardware, software dan brainware. Ketiga elemen sistem komputer tersebut harus sailng berhubungan dan membentuk kesatuan. Hardware tidak akan berfungsi apabila tanpa software, demikian juga sebaliknya. Keduanya tiada bermanfaat apabila tidak ada manusia (brainware) yang mengoperasikan dan mengendalikannya.

Tuesday 7 June 2011

Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran

Khabar gembira bagi teman-teman yang bekerja dan kerkecimpung dalam
bidang Teknologi Pembelajaran/Teknologi Pendidikan (TP), dengan telah
terbitnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(MENPAN) Nomor: PER/2/M.PAN/3/2009 tentang Jabatan Fungsional
Pengembang Teknologi Pembelajaran dan Angka Kreditnya, tertanggal 10
Maret 2009. Terbitnya Permen tersebut menandai babak baru bagi lahirnya
profesi Pengembang Teknologi Pembelajaran yang telah lama diperjuangkan
oleh teman-teman penggiat Teknologi Pendidikan (TP) khususnya yang ada
di Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM).
Bagi lulusan TP lahirnya profesi atau jabatan fungsional Pengembang TP
ini merupakan harapan baru untuk lebih meningkatkan pengabdiannya
sebagai pegawai negeri. Sebagaimana kita ketahui ditetapkannya Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil adalah dalam rangka pengembangan
profesionalisme dan pembinaan karier PNS serta peningkatan mutu
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan seperti diamanatkan
oleh Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional PNS. Tentu saja dengan jabatan fungsional ini teman-teman
PNS akan memperoleh tunjangan jabatan, dan karena jabatan Pengembang TP
ini masuk kategori atau jenjang ahli, mudah-mudahan besarnya tunjangan
akan memadai. Besarnya tunjangan ini masih diperjuangkan melalui
terbitnya Peraturan Presiden (Perpres).

Jabatan Pengembang TP ini juga menambah jenis jabatan fungsional dalam
rumpun pendidikan lainnya, dan memberi peluang lebih besar bagi lulusan
jurusan TP. Jabatan ini adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki
oleh seseorang yang berstatus PNS. Tugas pokok Pengembang TP adalah
melaksanakan analisis dan pengkajian sistem/model teknologi
pembelajaran, perancangan sistem/model teknologi pembelajaran, produksi
media pembelajaran, penerapan sistem/model dan pemanfaatan media
pembelajaran, pengendalian sistem/model pembelajaran, dan evaluasi
penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran. Dengan
demikian setiap PNS yang bertugas di Pustekkom, Balai Pengembang Media,
Balai Tekkom, dan menjalankan tugas seperti itu maka PNS yang
bersangkutan dapat menduduki jabatan Pengembang TP. Jabatan Pengembang
TP juga terbuka bagi PNS yang bekerja di Institusi diklat, pusat sumber
belajar (PSB), yang ada di sekolah, universitas atau lembaga sejenis
baik di lingkungan Depdiknas atau instansi lain. Selamat atas lahirnya
jabatan fungsional pengembang TP, semoga diikuti sukses berikutnya.


Manajemen Sumber Belajar

Suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun peserta didik. Hal tersebut dipersulit lagi oleh suatu kondisi yang turun temurun, dimana guru mendominasi kegiatan dalam pembelajaran. Implementasi paradigma konstruktivisme dalam pembelajaran salah satunya menuntut supaya guru tidak lagi berperan sebagai aktor/aktris utama dalam pembelajaran, karena pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar. Dengan demikian tidak ada lagi anggapan bahwa kegiatan pembelajaran baru dikatakan sempurna kalau ada ceramah dari guru. Demikian halnya peserta didik harus dapat belajar dengan baik tanpa didampingi oleh guru. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal peserta didik dituntut tidak hanya mengandalkan diri dari apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan. 
Pendayagunaan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting, selain melengkapi, memelihara, dan memperkaya khazanah belajar, sumber belajar juga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar, yang sangat menguntungkan baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Dengan didayagunakannya sumber belajar secara maksimal, dimungkinkan orang yang belajar menggali berbagai jenis ilmu pegetahuan yang sesuai dengan bidangnya, sehingga pengetahuannya senantiasa aktual, serta mampu mengikuti akselerasi teknologi dan seni yang senantiasa berubah. Dalam kegiatan pembelajaran, pemanfaatan sumber belajar seoptimal mungkin sangatlah penting, karena keefektifan proses pembelajaran ditentukan pula oleh kemampuan peserta didik dan guru dalam mendayagunakan sumber-sumber belajar. Untuk dapat mendayagunakan sumber belajar secara optimal, sangat diperlukan keahlian dalam melakukan manajemen terhadap sumber belajar. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manajemen menjadi sangat penting.

Monday 6 June 2011

Aplikasi dan Prospek Perkembangan Teknologi Pendidikan

A.       Pendahuluan

 Kemajuan teknologi yang mengglobal telah berpengaruh dalam segala aspek kehidupan baik dibidang ekonomi, politik, kebudayaan seni dan bahkan di dunia pendidikan. Dunia pendidikan harus mau mengadakan inovasi yang positif untuk kemajuan pendidikan dan sekolah. Tidak hanya inovasi dibidang kurikulum, sarana-prasarana, namum  inovasi yang menyeluruh dengan menggunakan teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan dapat mengubah cara pembelajaran yang konvensional menjadi nonkonvensional. Teknologi pendidikan seringkali diasumsikan dalam persepsi yang mengarah semata-mata pada masalah elektronika atau peralatan teknis saja, padahal teknologi pendidikan mengandung pengertian dan penerapan yang sangat luas, untuk itu dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teknologi pendidikan khususnya dalam hal penerapannya serta prospek perkembangannya di tengah pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya masyarakat.

B.        Aplikasi Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran memilki lima kawasan yang menjadi bidang garapannya, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, evaluasi sumber dan proses belajar. Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan tersebut. Abdul Gafur dalam Dewi Salma (2004), menyatakan bahwa aplikasi teknologi pembelajaran adalah usaha untuk menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur teknologi pembelajaran dalam suatu situasi atau konteks. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi teknologi pembelajaran kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber pembelajaran.
Aplikasi teknologi pendidikan yang paling mendasar, dan yang secara tegas dinyatakan, adalah menyediakan dan melaksanakan pemecahan masalah dalam memberikan kemungkinan belajar. Pemecahan ini berbentuk sumber belajar, sumber ini baik yang sengaja dirancang maupun yang dipilih dan kemudian dimanfaatkan merupakan produk konkrit yang tersedia untuk berinteraksi dengan si-belajar. Produk ini merupakan bukti penerapan teknologi pendidikan yang paling jelas. Fungsi-fungsi pengelolaan dan pengembangan juga merupakan bukti penerapan praktis teknologi pendidikan. Masing-masing fungsi tersebut mempunyai kegiatan dan hasil khusus, yang dapat diukur dan dilihat. Dengan demikian orang dapat melihat seseorang yang sedang melakukan penilaian kebutuhan, memproduksi film, mengkatalogkan bahan-ajaran, berinteraksi dengan si belajar, mengelola orang lain dan sebagainya. Kegiatan nyata dari kegiatan tersebut yang membuahkan hasil, juga merupakan bukti bahwa teknologi telah diaplikasikan dalam pendidikan (AECT,  1977).
Menurut Seels dan Richey (1994), mempraktikan teknologi pembelajaran akan berhadapan dengan elemen-elemen yang memudahkan atau menyulitkan praktik itu sendiri. Elemen-elemen tersebut yaitu: 1) jenis materi pembelajaran; 2) sifat atau karakteristik pembelajaran; 3) organisasi dimana pembelajaran berlangsung; 4) kemampuan sarana yang tersedia; dan 5) keahlian para praktisi. Dimensi praktik teknologi pembelajaran sejalan dengan perkembangan teknologi. Pada tahun 30-an ketika komputer elektronik pertama berhasil diciptakan, teknologi pembelajaran berkembang pesat sejalan dengan teknologi tersebut. Teknologi ini melahirkan berbagai alat yang merubah dunia dalam berbagai aspeknya, mulai dari bom atom dalam perang dunia II hingga internet sebagai jaringan informasi publik global yang mampu menghubungkan jutaan orang di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer yang terhubung dengan jaringan. Fenomena yang juga banyak disebut sebagai revolusi digital inilah yang mampu meyakinkan banyak orang bahwa peradaban umat manusia akan segera memasuki sebuah era baru yang diintrodusir sebagai informasi.
Masih menurut Seels dan Richey (1994), seiring dengan perkembangan pesat teknologi pembelajaran tersebut, berkembang pula tempat kerja para teknolog pembelajaran. Hal ini juga mempunyai dampak terhadap keyakinan, nilai-nilai dan prioritas dalam bidang teknologi pembelajaran. Dampak ini pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan pola dan ragam praktik teknologi pendidikan, namun hal ini tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap struktur dasar bidang studi. Kelima kawasan umum dalam teknologi pembelajaran masih tetap sesuai dengan konteks masing-masing kerja. Dampak kecil tersebut umumnya dapat diamati pada sumber yang digunakan, isi yang digarap, dan kadang-kadang proses yang dilaksanakan. Teknologi pembelajaran telah berkembang dari sekedar keterampilan menjadi profesi dan kemudian menjadi bidang kajian.
Miarso (2004) menambahkan bahwa teknologi, termasuk teknologi pendidikan harus memiliki ciri: 1) proses untuk meningkatkan nilai tambah (added values); 2) menghasilkan dan memanfaatkan produk yang bervariasi dan semakin canggih;  dan 3) interaksi proses dan produk tersebut sebagai suatu sistem dengan lingkungannya sebagai suatu yang lebih luas. Sistem pembelajaran yang inovatif, sebagai bentuk penerapan konsep teknologi pendidikan, telah berhasil diciptakan dan bahkan dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional. Sistem itu antara lain adalah Sekolah Dasar PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru) Sekolah Dasar Kecil, SMP Terbuka, serta sistem pembelajaran jarak jauh yang sekarang ini telah Terbuka, serta sistem pembelajaran jarak jauh yang sekarang ini telah dilaksanakan/direncanakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan latihan seperti di Lembaga Pendidikan Perbankan (LPPI), PT Telkom, Departemen Kesehatan, Departemen Penerangan, Departemen Pekerjaan Umum, dan sebagainya. Berbagai komponen teknologi pendidikan seperti media, teknik pembelajaran, pengembangan pembelajaran, dan sebagainya telah pula dilakukan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan, seperti misalnya di Pusdiklat TNI-AD dan AU, Balai Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Pusdiklat Garuda, Pusdiklat Bulog, dan sejumlah pusdiklat lain. Di kalangan perguruan tinggi teknologi pendidikan telah dan sedang dimanfaatkan di IPB, UNDIP, UGM, UNS, UNAIR, ITS, UNHAS, UNLAM, UNPATI, UNTAD, UNHALU, UNSRAT, UNCEN, UNY dan perguruan tinggi lainnya.  Tak terhitung lagi pemanfaatannya di sekolah dasar dan menengah serta satuan pendidikan lain. Yang terakhir ini berkembang dengan adanya siaran televisi pendidikan. Jelaslah bahwa untuk membantu memecahkan masalah pendidikan dan pelatihan dengan kondisi unik Indonesia, serta untuk menyerasikan perkembangan teknologi dengan dampak globalisasi, diperlukan usaha sinergistik yang memadukan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, informasi, dan sosial ekonomi. Kesemuanya ini merupakan bidang kompetensi teknologi pendidikan. Untuk itu mutlak diperlukan tenaga profesi yang mahir dan ahli dalam teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat, dan sebagainya. Untuk itu ada produk yang sengaja dibuat ada yang ditemukan dan dimanfaatkan. Namun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir-akhir ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan, telah membalik cara berfikir kita dengan “bagaimana mengambil manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah belajar”.
Di Indonesia sendiri penerapan teknologi pembelajaran baru dikenal sekitar awal tahun 1950, dengan didirikannya Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG) dan Balai Alat Peraga Pendidikan (BAPP) di Bandung. BKTPG yang sekarang menjadi Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis (P3G Tertulis) bertanggung jawab untuk menyelenggarakan penataran kualifikasi guru dengan bahan pelajaran tertulis dengan berpegangan pada konsep belajar mndiri. BAPP pada awal tahun 1970 diintegrasikan dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru Bidang studi.
Beberapa untuk penerapan teknologi pembelajaran secara menyeluruh, yaitu yang meliputi semua komponen dan karena itu merupakan sistem dapat dicontohkan sebagai berikut (Miarso, 2004).
1.         Proyek percontohan sistem PAMONG (Pendidikan anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan Guru) di kabupaten Karanganyar, Surakarta pada tahun 1974, dan disebarkan di kabupaten Malang dan Gianyar pada tahun 1978.
2.         Pemasyarakatan P4 melalui permainan yang diuji cobakan di kabupaten Batu, Malang.
3.         Proyek pendidikan melalui satelit (Rural Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian Timur (BKSPT INTIM).
4.         Program pendidikan karakter melalui serial televise ACI (Aku Cinta Indonesia = Amit, Cici, dan Ito) = serial televise (pendidikan) pertama (dan terakhir).
5.         Program KEJAR Paket A dan B.
6.         Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
7.         SLTP Terbuka.
8.         Universitas Terbuka.
9.         Sistem belajar jarak jauh yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan.
10.     Jaringan sistem belajar jarak jauh (Indonesia Distance Learning Network = IDLN) dan SEAMOLEC (SEAMEO Open Learning Center) yang berkedudukan di Pustekkom Diknas.

C.        Prospek Perkembangan Instructional Technology
1.        Peluang Instructional Technology
Teknologi pendidikan sendiri dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai suatu bidang keilmuan, sebagai suatu bidang garapan dan sebagai suatu profesi. Meskipun demikian, ketiga perspektif itu berlandaskan pada falsafah yang sama yaitu, membelajarkan semua orang sesuai dengan potensinya masing-masing dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar baik yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat, serta memperhatikan keselarasan dengan kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan agar tercapai masyarakat yang dinamik dan harmonis. Berdasarkan konsepsi teknologi pendidikan tugas pokok ahli teknologi pendidikan itu dikategorikan sebagai berikut, (Miarso, 2004) :
a)        Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan, terutama untuk mengatasi masalah belajar dimana saja.
b)        Merancang program dan sistem instruksional
c)         Memproduksi media pendidikan
d)        Memilih dan memanfaatkan media pendidikan
e)        Memilih dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
f)          Mengelola kegiatan belajar dan instruksional yang kreatif
g)        Memperhatikan perkembangan teknologi dan dampaknya dalam pendidikan
h)        Mengelola organisasi dan personel yang melaksanakan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan
i)          Merencanakan, melaksanakan dan menafsirkan penelitian dalam bidangnya dan dalam bidang lain yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.
j)          Penyusunan rumusan kebijakan dalam bidang teknologi pembelajaran
Peluang pekerjaan para teknolog pendidikan biasanya ditentukan oleh struktur dan tujuan dari lingkungan kerja tertentu dengan merujuk aturan dan pola jabatan dalam lembaga tersebut. Seal dan Glasgow dalam Barbara Seels (1994), menguraikan pangsa pasar kerja dengan membedakan dua peran yaitu penelliti dan praktisi. Lingkup teknologi pendidikan yang sangat luas tidak memungkinkan seseorang untuk menguasai keahlian dalam setiap kegiatan dalam kawasan. Keadaan ini berlaku bagi peneliti maupun praktisi. Kebanyakan teknolog pendidikan mempunyai pekerjaan yang menuntut keahlian khusus dalam satu atau dua bidang, misalnya desain dan pengembangan teknologi tertentu atau pemanfaatan media.
Dalam konsep tenaga profesi teknologi pendidikan saat ini sudah ada pengakuannya oleh pemerintah, dikenal perjenjangan. Jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan menjabarkan peringkat profesi dalam 13 jenjang, mulai dari assisten Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama hingga Pengembang Teknologi Pendidikan Utama. Perjenjangan ini dilengkapi dengan persyaratan pendidikan dan pelatihan.

2.        Tantangan Teknologi Pendidikan
Salah satu esensi dari proses pendidikan tidak lain adalah penyajian informasi. Dalam menyajikan informasi, haruslah komunikatif. Dalam komunikasi pada umumnya, demikian pula dalam pendidikan, informasi yang tepat disajikan adalah informasi yang dibutuhkan yakni yang bermakna, dalam arti : (1) secara ekonomis menguntungkan. (2) secara teknis memungkinkan dapat dilaksanakan, (3) secara sosial-psikologis dapat diterima sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada, dan (4) sesuai atau sejalan dengan kebijaksanaan/tuntutan perkembangan yang ada. Konsep “bermakna” ini penting bagi keberhasilan penyebarluasan informasi yang dapat diserap dan dilaksanakan sasaran/peserta didik. Karena itu, komunikasi adalah saling pertukaran simbol-simbol yang bermakna, yakni : (1) kita tidak dapat saling bertukar makna, (2) kita hanya secara fisik bertukar simbol, dan (3) komunikasi tidak akan terjadi, kecuali kita berbagi makna untuk simbol-simbol tertentu. Dalam memberikan/menyampaikan informasi kepada orang lain (misalnya kepada peserta didik), bukan informasi yang kita ketahui yang disampaikan, tetapi yang kita sampaikan adalah informasi yang benar-benar bermakna dan dibutuhkan sasaran. Informasi yang dibutuhkan dan bermakna adalah informasi yang mampu membantu/mempercepat pengambilan keputusan untuk terjadinya perubahan perilaku yang dikehendaki. Untuk itulah maka, pemilihan informasi harus benar-benar selektif dengan mempertimbangkan jenis teknologi mana yang tepat dipilih sebagai medianya. Sejarah, kini dengan berkembangnya komputer dan sistim informasi modern, kembali menawarkan pencerahan baru (dikutip dari http://umitp08.blogspot.com/search/label/Makalah).
Revolusi teknologi informasi menjanjikan struktur interaksi kemanusiaan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih efisien. Dalam dunia pendidikan, revolusi informasi akan mempengaruhi jenis pilihan teknologi dalam pendidikan, bahkan, revolusi ini secara pasti akan merasuki semua aspek kehidupan (termasuk pendidikan). Inilah yang merupakan tantangan bagi semua bangsa, masyarakat dan individu. Siapkah lembaga pendidikan kita menyambutnya? Dunia pendidikan harus menyiapkan seluruh unsur dalam sistim pendidikan agar tidak tertinggal atau ditinggalkan oleh perkembangan tersebut. Melalui penerapan dan pemilihan yang tepat teknologi informasi (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang berkelanjutan dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terusmenerus secara konsisten/konstan akan mendorong orientasi pada perubahan untuk memperbaiki secara terus menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi peluang yang baik bila lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan. Bagi lingkungan lembaga kependidikan, penerapan teknologi dalam pendidikan di era global informasi tidak lain adalah bentuk aplikasi jenis-jenis teknologi informasi mutakhir dalam praktek pendidikan. Proses belajar mengajar yang menerapkan teknologi informasi mutakhir dapat berupa penggunaan media elektronik seperti radio, TV, internet dan sistim jaringan komputer, serta bentuk-bentuk teledukasi lainnya. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam pendidikan harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan mutu.

Penutup
Aplikasi teknologi pembelajaran adalah usaha untuk menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur teknologi pembelajaran dalam suatu situasi atau konteks. Teknologi pendidikan dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai suatu bidang keilmuan, sebagai suatu bidang garapan dan sebagai suatu profesi. Ketiga perspektif itu berlandaskan pada falsafah yang sama yaitu, membelajarkan semua orang sesuai dengan potensinya masing-masing dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar baik yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat, serta memperhatikan keselarasan dengan kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan agar tercapai masyarakat yang dinamik dan harmonis.
Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi peluang yang baik bila lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan.



Daftar Pustaka

AECT, (1977). Task Force on Definition and Terminology. The Definition of Educatioal Technology, Washington, AECT, 1126 16th Street, N.W. Washington, D.C. 20036.

http://umitp08.blogspot.com/search/label/Makalah

Miarso, Yusuf Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Salma P. Dewi & Siregar Eveline, (2004). Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ

Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Pengembangan multimedia adalah suatu rangkaian kegiatan mendesain program pembelajaran, memproduksi (proses membuat produk), memvalidasi dan menguji coba multimedia yang dihasilkan.
Multimedia adalah software yang memuat teks, gambar, suara, animasi dan video untuk menyampaikan materi pembelajaran tertentu yang disajikan melalui komputer multimedia. Produk ini memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pengguna dalam arti pengoperasiannya dapat dikontrol oleh penggunanya dengan menggunakan keyboard dan atau mouse. Ketika pengguna memberikan stimulus maka produk akan memberikan respon. Program ini dapat digunakan untuk pembelajaran individu maupun kelompok.
Mata kuliah Media Pembelajaran adalah salah satu mata kuliah pada Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha yang termasuk dalam kelompok Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB). Kode mata kuliah Media Pembelajaran adalah TPD 6302 dengan bobot 4 SKS dan 4 JS.
Kelayakan adalah kualitas multimedia pembelajaran ditinjau dari hasil validasi ahli materi dan ahli media serta hasil uji coba produk pada mahasiswa yang meliputi aspek pembelajaran, aspek isi/materi, aspek tampilan, dan aspek pemrograman. Jika hasil penilaian akhir (keseluruhan) pada setiap aspek pembelajaran, aspek isi/materi, aspek tampilan dan aspek pemrograman mendapatkan minimal nilai “baik” oleh para ahli, maka produk hasil pengembangan tersebut sudah dianggap layak digunakan sebagai sumber belajar.
Kualitas pembelajaran mata kuliah Media Pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan belajar mata kuliah Media Pembelajaran melalui multimedia pembelajaran interaktif yang diwujudkan dalam pencapaian kemajuan belajar setiap mahasiswa berupa skor tes hasil belajar.

Sunday 5 June 2011

CURICULUM VITAE



Data Pribadi
Nama Lengkap
:
I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd.
NIP
:
198104142006041001
Tempat Lahir
:
Manggissari
Tanggal Lahir
:
14 April 1981
Agama
:
Hindu
Jenis Kelamin
:
Laki-laki  
Status Perkawinan
:
Sudah Kawin
Alamat Rumah
:
Dusun Juwuk Manis Desa Manggissari Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Provinsi Bali, Telepon: 081916358566
Alamat Kantor
:
Jalan Udayana (Kampus Tengah Undiksha) Singaraja-Bali, Telepon: (0362) 31372

Pendidikan
No.
Jenjang
Nama Lembaga
Tahun Masuk
Tahun Lulus
1
Pendidikan Dasar
SD N 3 Manggissari
1988
1994
SMP N 2 Pekutatan
1994
1997
2
Pendidikan Menengah
SMA N 1 Negara
1997
2000
3
Pendidikan Tinggi
IKIP N Singaraja
2000
2004
UNY
2009
2011

Pekerjaan
Pekerjaan
:
Dosen
Menjabat Jabatan Struktural sebagai  
:
Sekretaris Jurusan TP FIP Undiksha
Pangkat/Jabatan/Golongan
:
Penata/Lektor/IIIb
Nama Instansi
:
Unversitas Pendidikan Ganesha
Alamat Instansi
:
Jalan Achmad Yani No. 67 Singaraja

Penelitian yang Pernah Dilakukan
1
Pengembangan CD Multimdia Interaktif pada Mata Kulah Media Pembelajaran didanai dari dana DIPA Universitas Pendidikan Ganesha tahun 2007
2
Pengembangan Model Program Siaran Radio Pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha didanai dari dana DIPA Universitas Pendidikan Ganesha tahun 2008
3
Pengembangan Model-model Komunitas Belajar dan Perangkat Asesmennya untuk Meningkatkan Kompetensi  Sosial dan Personal Siswa didanai dari Dikti tahun 2009

CONTACT US

Email/YM
:
Skype
:
suartama1
FB
:
Blog
:
HP
:
081 916 358 566
F2F
:
Ruang Dosen Jurusan TP FIP Undiksha

ABOUT ME

I Kadek Suartama, dilahirkan di Jembrana Bali pada 14 April 1981. Menyelesaikan pendidikan S1di Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP ) Negeri Singaraja (S.Pd., 2004). Menyelesaikan S2 di Program Studi Teknolgi Pembelajaran Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (M.Pd., 2011).
Menjadi dosen di Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Penddikan Ganesha sejak tahun 2006. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha sampai tahun 2009.

DOWNLOAD MATERI

belum ada materi untuk didownload, sabar ya......
 
I Kadek Suartama: Official Blog. Design by Wpthemedesigner. Converted To Blogger Template By Anshul Tested by Blogger Templates.